Tuesday 14 August 2012

wajah baru malioboro


Minggu 12 Agustus Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta melaunching tahap awal penataan kawasan Malioboro yang diharapkan menjadikan Malioboro menjadi lebih ramah bagi perjalanan kaki. Hal ini sesuai dengan semangat kota Yogyakarta untuk menjadi kota yang ramah bagi pejalan kaki.
Sebagai ikon wisata Yogyakarta, wajah baru Malioboro ini dipersiapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menyambut libur lebaran sekaligus melaunching pakaian khas Jogja yang dipakai satuan pengamanan Malioboro/JOGOBORO dan pelaku pariwisata lainnya di kota Yogyakarta. Pakaian khas JOgja tersebut selain dikenakan oleh Jogoboro juga diperagakan oleh Dimas-Diajeng Jogja, pelaku pariwisata seperti KEtua BP2Ky, Ketua ASITA, HPI dan perwakilan lain serta tidak ketianggalan perwakilan dari pelaku kawasan Malioboro seperti perwakilan pedagang lesehan, PKL dan komunitas lainnya.
Dalam acara tersebut  , Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan, wajah baru adalah menjadikan Malioboro sebagai kawasan bersih, tertib, dan nyaman.
“Berbagai persoalan Malioboro seperti ketidaknyaman, semrawut, kemacetan, kebersihan, dan lainnya mulai akan diperbaiki secara sungguh-sungguh. Wajah asli Malioboro akan dikembalikan lagi sehingga pengunjung benar-benar merasa nyaman bila datang ke sini,” kata Haryadi.
Untuk permak wajah ini, Malioboro ditata secara vertikal dan horizontal. Penataan vertikal menyangkut pengembalian wajah bangunan budaya asli dengan membersihkan papan reklame melintang. Hal ini bertujuan menampilkan kembali serta melestarikan cagar budaya bangunan bergaya Hindis dan China yang jumlahnya mencapai puluhan.
Penataan horizontal berkaitan dengan penataan jalur lambat dan infrastruktur jalan untuk memperluas pemandangan. Berkaitan dengan keberadaan jalur lambat, mulai saat ini kecepatan kendaraan yang melintas Malioboro dibatasi maksimal 30 km/jam .
Sementara itu, untuk penataan infrastruktur dilakukan dengan penghilangan pot-pot tanaman dengan tanaman kecil dan memperbanyak zebra cross untuk akses pejalan kaki.
Acara tersebut diakhiri dengan kunjungan di Apotek Kimia Farma sebagai salah satu bangtunan yang masih mempertahankan ciri dan bentuknya sebagai bangunan heritage meskipun digunakan sebagai apotek dengan konsep modern.

No comments:

Post a Comment